TIMESINDONESIA, PONOROGO – Wisata religi menjadi salah satu kegiatan yang umun dilakukan saat ramadan. Di Ponorogo ada beberapa masjid kuno yang bisa dikunjungi saat ramadan. Penasaran masjid apa saja?
Berikut daftar masjid-masjid kuno yang ada di Ponorogo. Bisa jadi pilihan wisata religi saat ramadan.
Masjid ini salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18. Masjid yang terletak di Desa Tegalsari Jetis Ponorogo ini merupakan peninggalan Kyai Ageng Hasan Besari, seorang ulama besar yang hidup di sekitar tahun 1742.
Masjid Tegalsari merupakan pusat penyiaran agama Islam di Ponorogo pada masa itu, Masjid yang berarsitektur Jawa dan memiliki 36 tiang dan atap berbentuk kerucut. Jumlah tiang mengandung arti jumlah wali songo (3-6=9) yang menyertakan agama Islam di Pulau Jawa dan atap berbentuk kerucut menggambarkan keagungan Allah SWT.
Setiap bulan Ramadan masjid ini selalu menjadi jujugan jemaah dari berbagai daerah. Apalagi menjelang akhir Ramadan atau malam ganjil masjid Tegalsari dipenuhi jemaah untuk berburu Lailatul Qadar.
Masjid ini didirikan pada tahun 1858 oleh Raden Mas Adipati Aryo Tjokronegoro. Sebelum didirikan masjid, di tempat tersebut berdiri mushola yang dijadikan tempat persembunyian Ki Gelendung yang bernama asli Abdur Rahman. Ia merupakan ulama besar asli Ponorogo dikejar oleh Belanda dan bersembunyi di sini.
Pada saat Tjokronegoro menjabat Adipati Ponorogo dibuatlah masjid agung yang terbuat dari tiang-tiang kayu jati.
Masjid Agung Ponorogo ini terdiri dari 2 bangunan utama. Bangunan pertama merupakan bangunan asli peninggalan Tjokronegoro dengan 16 tiang kayu jati. Tiang kayu jati tersebut konon terbuat dari 1 pohon jati besar yang dikerjakan tukang dari kayu dari kerajaan Solo.
Pada saat pembuatannya tukang kayu harus dalam keadaan suci. Proses pembuatan tiang masjid agung Ponorogo tersebut konon tidak menggunakan alat berat tetapi dengan membacakan puji-pujian kepada Allah SWT.
Setiap bulan Ramadan masjid ini selalu dipenuhi jemaah.
Masjid ini berada di Desa Sukosari Ponorogo yang didirikan Kyai Imam Puro pada tahun 1778. Kyai Imam Puro sendiri dikenal sebagai orang pertama yang menyebarkan agama Islam di belahan barat laut Ponorogo berbatasan dengan Magetan.
Kyai Imam Puro merupakan cicit dari Kyai Ageng Muhammad Besari Tegalsari, bapaknya adalah Tugmbagus Abuyamin dari daerah Banten yang merupakan murid Kyai Ageng Muhammad Besari yang akhirnya menikah dengan cucu Kyai Ageng Muhammad Besari.
Masjid Imam Puro yang menempati lahan 3.000 meter persegi ini setiap bulan Ramadan juga menjadi jujugan jemaah untuk itikaf.
Foto: Fb/semuatentangponorogo
Masjid ini didirikan pada tahun 1560 oleh Adipati Sepuh keturunan Batoro Katong Adipati pertama Ponorogo. Masjid yang dikenal dengan masjid Kauman Kota Lama ini masjid tertua di Ponorogo. Konon dulunya masjid ini adalah masjid agungnya Ponorogo karena berada di Pasar Pon Kota Lama yang merupakan pusat pemerintahan Ponorogo saat itu yang juga disebut Kuto Wetan.
Bangunan masjidnya masih bernuansa tradisional dengan peninggalan berupa prasasti prasasti di depan masjid yang menandakan berdirinya masjid tersebut. Saat bulan suci Ramadan masjid Pasar Pon Kauman Kota Lama ini tidak pernah sepi jemaah, apalagi menjelang akhir Ramadan saat malam-malam ganjil.
Masjid ini berada di Desa Coper Kecamatan Jetis Ponorogo. Didirikan pada abad ke-17, Masjid Al Ishaq Coper termasuk masjid tertua di Indonesia. Masjid ini sering disebut masjid odotan yang merupakan cikal bakal Pondok Pesantren Tegalsari yang didirikan Kiai Muhammad Besari yang dihadiahkan kepada putranya Kyai Muhammad Ishaq.
Konon Kiai Muhammad Ishaq ini putra kesayangan Kiai Muhammad Besari yang didorong untuk membuka pondok pesantren di wilayah Coper.
Setiap bulan suci Ramadan masjid ini banyak dikunjungi jemaah, bahkan dari luar Ponorogo sekalipun. Dan ada satu tradisi di masjid ini saat maleman atau malam-malam ganjil Ramadan. Masyarakat setempat sedekah dengan buceng encek. Banyak jemaah selain itikaf juga bermukim di masjid itu sampai akhir Ramadan. (*)
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Deasy Mayasari |
Tragedi Trisakti: Analisis Relasi Kekuasaan dan Pengetahuan Michel Foucault
Sembilan Korban Ledakan Amunisi di Garut Berhasil Diidentifikasi
Eddy Soeparno Dorong Koperasi Merah Putih sebagai Pilar Ekonomi Rakyat
Warga Kampung Bantar Kota Tasikmalaya Geger, Potongan Kaki Bayi Ditemukan di Selokan
Bus Shalawat Siap Layani Jemaah Haji Indonesia 24 Jam, Ini Rute dan Titik Terminalnya
Paus Leo XIV Ajak Jurnalis Utamakan Kebenaran
BNN Ungkap Nilai Transaksi Narkoba Ilegal Capai Rp524 Triliun per Tahun
Game of Tariffs: Strategis Indonesia di Tengah Ketegangan Global
Dam Kelep Dalam Perbaikan, Jalan Profesor Hamka Sempat Lumpuh Diterjang Banjir
Penyebab dan Cara Mengatasi Bau Mulut