Jazz Gunung Bromo 2025 Series 1 dan 2: Ketika Nada, Alam, dan Jiwa Menyatu
Minggu, 27 Juli 2025 - 07:18 | 14.78kTIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Jazz Gunung Bromo 2025 kembali menyapa para jamaah Al Jazziyah - sebutan hangat bagi para penikmat setia festival ini melalui dua rangkaian pertunjukan bertajuk BRI Jazz Gunung Series 1 dan 2. Berlangsung di kawasan Gunung Bromo, festival ini sekali lagi membuktikan kemampuannya menyatukan keindahan alam pegunungan dengan alunan musik jazz kelas dunia.
Seri pertama digelar pada Sabtu, 19 Juli 2025, disusul Seri kedua pada Sabtu, 26 Juli 2025. Kedua perhelatan berlangsung di Amfiteater Jiwa Jawa Resort Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ribuan penonton dari berbagai kota - bahkan negara - hadir dan larut dalam atmosfer magis khas Jazz Gunung.
Deretan penampil tahun ini tampil memukau dengan komposisi yang beragam dan kaya warna.
Pada Series 1, panggung dihangatkan oleh Jamie Aditya & The Mezzrollers, Karimata, RAN, musisi jazz asal Belanda Chagall, Kua Etnika, serta Emptyyy.
Sementara itu, Series 2 tak kalah memikat. Penonton disuguhkan penampilan dari Bintang Indrianto Trio, Natasya Elvira feat. Bromo Jazz Camp, serta Lorjhu, grup musik etnik asal Madura yang memadukan jazz dengan nuansa musik tradisional secara harmonis. Aksi panggung juga diisi oleh Tohpati Ethnomission, Rouge, dan ditutup dengan penuh emosi oleh Sal Priadi. Musisi asal Malang ini berhasil memukau lewat lagu-lagu puitis yang menyentuh, menyempurnakan malam dengan nuansa melankolis yang intim.
Di tengah dinginnya udara Bromo, musik mengalir hangat—ditemani kabut yang turun perlahan dan gemuruh tepuk tangan dari penonton yang enggan beranjak.
Galeri foto dari kedua seri Jazz Gunung 2025 memperlihatkan betapa musik dan alam melebur jadi satu pengalaman. Sorot lampu panggung yang menari di tengah kabut, senyuman, air mata, dan keheningan yang penuh makna - semuanya terekam dalam setiap bidikan kamera.
Tak hanya menangkap aksi di panggung utama, momen-momen menarik juga terekam di berbagai sudut lain festival: dari area UMKM, instalasi seni, hingga deretan tenda para penonton. Semua menjadi bagian dari narasi visual yang membingkai suasana.
Keistimewaan lain dari Jazz Gunung tahun ini adalah kehadiran pameran seni visual hasil kolaborasi dengan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Lebih dari 90 karya dipamerkan - meliputi lukisan, fotografi, desain grafis, hingga instalasi.
Pameran ini bukan sekadar pemanis visual, tetapi menjadi jembatan antara dunia musik dan seni rupa. Mahasiswa dan dosen ISI Yogyakarta menampilkan eksplorasi bertema harmoni alam dan suara, menciptakan ruang kontemplatif dan artistik yang memperkaya pengalaman festival.
Jazz Gunung Bromo bukan hanya soal musik. Ia adalah perayaan budaya, keindahan alam, dan spiritualitas yang menyentuh. Di tengah lanskap pegunungan yang megah, setiap nada yang dimainkan menjadi pemantik hangat yang menyentuh hati.
Dalam dua akhir pekan penuh makna, festival ini kembali mengajarkan kita bahwa keindahan Indonesia bisa dirayakan dengan cara yang puitis - dan membumi.
Fotografer | : Adhitya Hendra |
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Adhitya Hendra |