Peristiwa

Tempat Pendharmaan Ken Angrok di Bukit Katu?

Senin, 16 November 2015 - 08:16 | 221.90k
Beberapa temuan di Desa Mendalan Wangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang (foto: istimewa)
Beberapa temuan di Desa Mendalan Wangi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang (foto: istimewa)
Kecil Besar

TIMESINDONESIATIMESINDONESIA, MALANG - Teori tentang pendharmaan Ken Angrok, Raja Singhasari yang berada di puncak Bukit (Rabut) Katu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, dimunculkan oleh arkeolog sekaligus dosen Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono. 

"Saya agak memberanikan itu (menyatakan tempat pendharmaan Ken Angrok di Rabut Katu)," ucap Dwi Cahyono saat ditemui MALANGTIMES (TIMES INDONESIA NETWORK).‎

Advertisement

Sampai sejauh ini, menurut Dwi, masih terjadi silang pendapat perihal tempat pendharmaan Ken Angrok.

Berdasar pada sumber-sumber tertulis, seperti Kakawin Negarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca, maupun Kitab Pararathon, lanjutnya, tempat pendharmaan Ken Angrok yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi disebut berada di Kagenengan. Begitupun pada prasasti Mula Manurung, disebutkan bahwa tempat perdharmaan dari Ken Angrok berada di Kagenengan. 

Lebih lanjut, perlu ditelusuri dimana tempat bernama Kagenengan. Dwi memastikan bahwa Kagenengan berada di wilayah Malang. Alasannya, terkait dengan perjalanan Hayam Wuruk. Raja Majapahit ini melakukan perjalanan panjang ke Jawa Timur bagian timur dan sempat singgah ke Malang, yaitu di Puri Singosari.

Saat singgah di Puri Singosari, Hayam Wuruk mengunjungi tempat pendharmaan Ken Angrok yang berada di Kagenengan. "Hal ini disebutkan dalam Negarakretagama," lanjutnya. ‎Karenanya, daerah Kagenengan mesti dicari di wilayah Malang Raya.

Beberapa tempat di wilayah Malang Raya yang memiliki nama mirip dengan Kagenengan. Dwi menyebut beberapa nama, yaitu Desa Genengan Kecamatan Pakisaji, Dusun Genengan Desa Parangargo Kecamatan Wagir, dan Dusun Genengan Desa Girimoyo Kecamatan Karangploso.

Dwi menganalisis, Kagenengan bisa berupa nama tempat atau mengarah pada topografi. Terkait dengan alasan yang disebut terakhir ini, dia menjelaskan kata "geneng" berarti tinggi. "Geneng bisa saja menunjuk pada tanah yang tinggi, yang bisa saja berupa bukit," jelasnya.

Pada teori-teori awal, Kagenengan 'dilokasikan' di Desa Genengan Kecamatan Pakisaji. Kemudian ada teori baru dari Nigel Bullough (Hadi Sidomulyo) yang melokasikan Kagenengan berada di Desa Parangargo Kecamatan Wagir. "Lokasinya di lembah Gunung Katu," tambahnya sambil mengungkapkan telah melakukan pengecekan ke lokasi-lokasi yang diduga sebagai tempat pendharmaan Ken Angrok.

Dalam Kakawin Negarakretagama disebutkan, tempat pendharmaan Ken Angrok berada di candi yang indah, megah, dan menjulang tinggi. Karena candi yang digambarkan tersebut berukuran besar atau candi utama, tentunya, kata Dwi, merupakan temuan yang besar. Termasuk temuannya berupa arca-arca khusus atau tidak biasa.

Candi yang menjadi tempat pendharmaan Ken Angrok pernah mengalami pemugaran pada masa Raja Hayam Wuruk. "Ada 27 candi yang dipugar oleh Hayam Wuruk," ujarnya. Candi-candi yang dipugar tersebut merupakan tempat pendharmaan dari leluhur Hayam Wuruk. 

Dalam hal ini,‎ Ken Angrok merupakan 'titik pangkal' dari Hayam Wuruk. Maka, kata Dwi, candi tertua yang dipugar adalah tempat pendharmaan Ken Angrok.

Candi-candi yang dipugar oleh kerajaan Majapahit ini bukan candi kecil atau bersahaja. Temuan berupa candi di Dusun Genengan Desa Parangargo, menurut Dwi, belum cukup bisa diidentifikasi sebagai candi utama. Temuan di lokasi tersebut juga tidak seberapa. "Jauh berbeda dengan temuan di Desa Genengan Pakisaji," katanya.

Dulu, temuan-temuan yang ada di Desa Genengan Kecamatan Pakisaji kurang representatif untuk bisa diidentifikasi sebagai candi utama atau besar, yang dibangun oleh pihak kerajaan. Akan berbeda halnya, dengan temuan yang ada di puncak Gunung Katu.

Dwi mengatakan, temuan-temuan di puncak Bukit Katu dapat dinilai istimewa. "Temuannya lebih (besar) dibandingkan di Parangargo atau Pakisaji," ujarnya. Maka itu, berdasarkan identifikasi pada reruntuhan candi yang ditemukan di puncak Bukit Katu, Dwi menyatakan itu adalah Kagenengan, tempat pendharmaan dari Keng Angrok.‎

Dalam simpulannya pada temuan di puncak Rabut Katu, Dwi mengatakan bahwa Kagenengan menunjuk arti tanah meninggi, yang dapat berarti bukit. Di sini, Kagenengan menunjuk pada arti topografis, dimana tempatnya berada di Bukit (Rabut) Katu. 

Ditambahkannya, pada masa lalu, Bukit Katu juga termasuk wilayah Kagenengan. Pada masa selanjutnya, wilayah Kagenengan 'menciut'. Artinya, hanya menunjuk pada wilayah Dusun Kagenengan Desa Parangargo, seperti yang ada saat ini. "Dulunya, yang disebut Kagenengan itu mencakup daerah-daerah yang ada di sekitar Bukit Katu, jadi luas, tidak seperti sekarang yang hanya 'menjadi' nama dusun," jelasnya.

Jika teori tentang Bukit Katu sebagai tempat pendharmaan Ken Angrok benar, maka akan tergambar bahwa Gunung/Bukit Katu juga dikonsepsikan sebagai gunung suci. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Publisher : Sholihin Nur
Sumber : =

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES