TIMESINDONESIA, JAKARTA – Jeans adalah item fashion yang sangat umum dan telah melewati ujian waktu, melampaui generasi dan budaya dengan daya tarik yang abadi. Sebagai pakaian esensial, jeans memiliki sejarah yang menarik yang bermula dari asal-usul sederhana mereka dan berkembang menjadi fenomena fashion global.
Sejarah jeans bermula pada abad ke-19 di Amerika Serikat. Levi Strauss, seorang imigran Bavaria, memainkan peran penting dalam menciptakan jeans seperti yang kita kenal sekarang. Pada pertengahan abad ke-1800-an, Strauss dan penjahit Jacob Davis mengembangkan celana kerja yang kuat dari kain denim, diperkuat dengan kait logam pada titik-titik stres. Celana inovatif ini awalnya dirancang untuk menahan tuntutan pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik, seperti pertambangan dan peternakan.
Awalnya dikenal sebagai "waist overalls," celana tahan lama ini semakin populer di kalangan pekerja dan penambang karena ketangguhannya. Istilah "jeans" kemungkinan berasal dari frasa bahasa Prancis "bleu de Gênes," yang berarti "biru Genoa," mengacu pada kain denim berwarna biru dan kota Genoa, Italia, tempat kain ini diproduksi. Seiring waktu, jeans menjadi terkait dengan gaya hidup yang tangguh dan penuh petualangan.
Abad ke-20 menandai peralihan jeans dari pakaian kerja menjadi simbol pemberontakan dan kultur kontra. Selebritas Hollywood seperti James Dean mempopulerkan jeans sebagai simbol pemberontakan kaum muda, sementara musisi seperti Elvis Presley membawanya ke dalam mainstream. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, jeans menjadi sinonim dengan gerakan hippie dan diadopsi oleh budaya muda di seluruh dunia.
Tahun 1980-an melihat transformasi jeans menjadi pernyataan fashion, dengan merek desainer seperti Calvin Klein dan Guess meluncurkan lini denim premium. Era ini juga melihat munculnya jeans yang robek dan dihiasi, memperkaya pasar jeans. Mode tinggi juga mengadopsi jeans, dengan merek mewah menggabungkan denim dalam koleksi mereka.
Saat ini, jeans adalah pakaian wajib bagi orang dari segala usia dan latar belakang. Mereka hadir dalam berbagai gaya, potongan, warna, dan finishing, memenuhi beragam preferensi. Dari skinny dan straight-leg hingga bootcut dan boyfriend, jeans menawarkan fleksibilitas yang membuatnya cocok untuk acara santai maupun semi-formal.
Seiring kesadaran akan masalah lingkungan semakin meningkat, industri denim berupaya untuk menjadi lebih berkelanjutan. Teknik seperti pemudaran dengan laser dan proses pewarnaan ramah lingkungan diadopsi untuk mengurangi konsumsi air dan limbah kimia. Selain itu, denim daur ulang dan kapas organik digunakan untuk menciptakan jeans yang lebih ramah lingkungan.
Dari asal-usul praktis mereka menjadi simbol pemberontakan kaum muda, jeans memiliki perjalanan tak tertandingi dalam sejarah. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan tren fashion yang berubah sambil tetap mempertahankan daya tarik yang abadi adalah bukti dari popularitas mereka yang abadi. Sebagai pakaian serbaguna dan ikonik, jeans terus memainkan peran penting dalam dunia fashion dan budaya. (*)
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |
Cegah Premanisme di Malang, Polisi Bentuk Satgas Khusus
Hilman Latief Ingatkan Jemaah untuk Patuhi Aturan agar Kegiatan Haji Lancar
Finalisasi Coretax untuk Meningkatkan Kepatuhan dan Penerimaan Pajak
Sempat Gencatan Senjata 5 Jam, India-Pakistan Tegang Lagi
Penutupan Pendakian Gunung Binaiya Diperpanjang
Waktunya Beli Sepatu! Sports Station Gelar Diskon Gede-Gedean
Kemitraan UI-UC Berkeley Makin Erat, Dorong Lompatan Riset Lintas Negara
Menebar Terang dalam Cinta dan Ilmu: Pesan Perpisahan Puteri Indonesia Intelegensia 2024
Polisi Militer dan Bayang-Bayang Disiplin
Presiden Prabowo Beli Dua Sapi dari Bantul untuk Hewan Kurban