TIMESINDONESIA, GARUT – Inovasi kuliner bakso di Kabupaten Garut sudah sangat bervariasi. Mulai dari cita rasa dan berbagai macam bentuknya. Tapi dari sekian banyak olahan bakso yang ada, bakso M. Iko menjadi salah satu yang paling legendaris.
Berjualan sejak tahun 1960-an, bakso M. Iko masih mempertahankan rasa original dengan pengolahannya yang tetap tradisional. Yakni memasak bakso dengan menggunakan arang.
"Dulu waktu Bapak mulai jualan bakso memang sudah ada kompor. Tapi Bapak lebih suka menggunakan arang ketimbang kompor karena takut olahan baksonya bau minyak tanah. Tanpa diduga, penggunaan arang justru membuat aroma bakso buatan Bapak tambah wangi dan tekstur baksonya berbeda dengan bakso yang lainnya," tutur Cucu, pemilik kedai bakso M. Iko.
Bersama kedua kakaknya, putri kelima M. Iko itu merupakan generasi kedua yang melanjutkan usaha sang Ayah.
"Walaupun sekarang usaha ini kami yang pegang, kami tetap mempertahankan cara pengolahan bakso yang Bapak lakukan dari dulu. Baik dari cara memasak maupun takaran serta bumbu-bumbunya," kata Cucu.
Cucu mengatakan, setiap harinya bakso M. Iko rata-rata menghabiskan 15 kg daging sapi. "Kami tidak menghitung porsi mangkok tapi dari 15 kilo daging sapi yang kami buat, alhamdulillah selalu habis setiap harinya," jelas Cucu.
Dengan harga Rp15.000 per porsi, bakso M. Iko menawarkan bakso original, bakso bawang, tahu bakso dan tangkar.
"Bakso bawang paling banyak dipesan oleh pelanggan. Dengan campuran irisan daun bawang, tekstur baksonya kami buat tidak bulat sempurna seperti baso biasa," papar Cucu.
Terletak di antara deretan toko Pasar Baru, tepatnya di Jalan Pasar Baru, Ciwalen, Kecamatan Garut Kota, kedai bakso M. Iko kerap dicari pelanggan baik warga Garut maupun luar kota. Salah satunya Amih Anih (53), yang merupakan pelanggan setia baso M. Iko.
"Dari masih remaja saya sudah langganan bakso M. Iko. Rasa baksonya masih sama nikmatnya dari dulu karena masaknya pakai arang. Pokoknya setiap makan bakso M. Iko saya kayak sedang bernostalgia sama masa muda," ujar warga asal Guntur tersebut.
Pelanggan lainnya adalah Ida (48). Wisatawan asal Bandung itu mengungkapkan setiap berlibur ke Garut ia sempatkan mampir ke kedai bakso M. Iko.
"Rasa bakso dan pengolahannya yang tradisional menjadi daya tarik bakso legendaris ini. Keoriginalan bakso cita rasa zaman dulu saya temukan di sini. Mulai dari teksturnya yang kenyal, kuahnya yang gurih dan pastinya aroma dari arang yang bikin beda," ucap pelanggan bakso M. Iko ini. (*)
Pewarta | : Fani Ferdiansyah (MG-408) |
Editor | : Deasy Mayasari |
Hotel Tugu Malang Tampilkan Akulturasi Budaya di Ruang Baba Peranakan
CEK FAKTA: Tidak Benar! Peserta Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates Dapat Bansos Rp150 Ribu
Dikeluhkan Jemaah Haji, Komisi VIII DPR RI Minta Menag Nego Sistem Syarikah Arab Saudi
Vasektomi di Bantul Dapat Reward Rp 1 Juta, Target 25 Peserta per Tahun
Duta Pancasila dan Peran Generasi Muda Jelang Indonesia Emas 2045
PPIH SiapkanĀ 32 Bus Ramah Disabilitas bagi Jemaah Haji Indonesia
Ayu Apriliya Kusuma, Buka Jalan Perempuan Berhijab Bangka Belitung Lewat Putri Hijabfluencer
Dalam Empat Hari Kunjungan Wisatawan ke Bantul Tembus 43.226 Orang, PAD Capai Rp 432 Juta
Pagar Tembok TPU Sumbersari Kota Malang Terancam Roboh, Pemkot Malang Dianggap Slow Respons
Kebut Persiapan Sekolah Rakyat, Pemkab Banyuwangi Geber Renovasi Gedung Balai Diklat PNS Licin