TIMESINDONESIA, JAKARTA – Banjir Libya masih menyisakan trauma bagi warga setempat dan duka mendalam bagi penduduk dunia. Bencana tersebut terutama menghantam kota-kota penting seperti Marj, Susa, Shahatt, dan Derna.
Bencana ini diduga dipicu oleh dua bendungan yang jebol akibat terpaan Badai Daniel, badai ekstrem yang membawa curah hujan tinggi dan angin tornado. Akibatnya, debit air di sekitar dua bendungan tersebut meluap dan menimbulkan genangan air besar yang menghantam wilayah-wilayah tersebut.
Hingga berita ini diturunkan, sudah terdapat setidaknya 11.300 korban jiwa lebih meninggal akibat terjangan banjir. Situasi masih terus berkembang dan pencarian serta penanganan korban sedang berlangsung.
Dengan belasan ribu kematian yang telah tercatat dan beberapa orang yang masih hilang, pertanyaan-pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keparahan bencana ini menjadi semakin mendalam.
Dilansir dari CNN, para ahli telah mengidentifikasi beberapa faktor tambahan yang memperparah dampak bencana ini. Salah satunya adalah penuaan infrastruktur yang sudah ada sebelumnya.
Penuaan infrastruktur tersebut membuat bangunan dan fasilitas menjadi lebih rentan terhadap badai yang dahsyat ini. Kerusakan yang telah terjadi sebelumnya juga berperan dalam meningkatkan kerugian akibat bencana ini.
Selain itu, peringatan dini yang tidak memadai juga menjadi faktor yang berkontribusi pada dampak buruk badai ini. Banyak penduduk mungkin tidak mendapatkan peringatan yang cukup tepat waktu, sehingga mereka kurang siap menghadapi badai ini.
Rencana darurat yang kurang efektif juga menjadi masalah. Hal tersebut dikarenakan penduduk mungkin tidak memiliki panduan yang memadai untuk menghadapi situasi darurat semacam ini.
Secara keseluruhan, bencana ini menyoroti pentingnya memperbarui infrastruktur, meningkatkan peringatan dini, dan merumuskan rencana darurat yang lebih baik untuk menghadapi ancaman cuaca ekstrem di masa depan.
Faktor-faktor seperti perubahan iklim yang tidak stabil dan infrastruktur yang kurang terurus memainkan peran kunci dalam intensitas dan dampak dari banjir bandang yang mencapai ketinggian hingga 7 meter itu.
Dalam situasi seperti banjir Libya ini, sangat penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bersatu dalam upaya menghadapi dampak buruk dari bencana alam. Pembaharuan infrastruktur, peringatan dini yang lebih baik, dan rencana darurat yang efektif adalah langkah-langkah penting yang harus diambil untuk melindungi nyawa dan harta benda. (*)
Pewarta | : M. Ade Nur Alfian (PKL) |
Editor | : Khodijah Siti |
Finalisasi Coretax untuk Meningkatkan Kepatuhan dan Penerimaan Pajak
Sempat Gencatan Senjata 5 Jam, India-Pakistan Tegang Lagi
Penutupan Pendakian Gunung Binaiya Diperpanjang
Waktunya Beli Sepatu! Sports Station Gelar Diskon Gede-Gedean
Kemitraan UI-UC Berkeley Makin Erat, Dorong Lompatan Riset Lintas Negara
Menebar Terang dalam Cinta dan Ilmu: Pesan Perpisahan Puteri Indonesia Intelegensia 2024
Polisi Militer dan Bayang-Bayang Disiplin
Presiden Prabowo Beli Dua Sapi dari Bantul untuk Hewan Kurban
Lima Kloter Asal Jember Masuk Asrama Haji, Dua Jemaah Haji Jalani Perawatan
Pacitan Darurat Knalpot Brong, 18 Motor Diamankan dalam Razia Gabungan